Terima
kasih indomie, yang telah memberi kesan indah pagi ini. Walau hati masih
diselimuti dengki, tapi perut sudah dikunjungi rasa kenyang yang tak
tertandingi. Walau aku selalu bingung satu bungkus indomie masih dirasa tidak
membuatku kenyang tapi dua bungkus indomie terlalu banyak. Ah, seperti cewek
saja yang selalu serba salah.
Tapi ya sudahlah cewek itu
diciptakan bukan untuk saling menuding siapa yang paling kuat, tetapi untuk
saling menguatkan sebagai pendamping dalam doa penghulu. Duh, masih pagi udah
ngomongin ginian. Tapi belum tentu juga di tempat kalian masih pagi. Bisa saja
sudah siang, sore atau malam. Atau kalian tidak peduli pagi, siang, sore atau
malam karena yang paling penting adalah balasan dia. Cie, gebetan mana gebetan.
Aku mau bercerita tentang sebuah
pengalaman hidupku, ya aku adalah seorang mahasiswa yang masih bingung
bagaimana menghadapi masa depan. Padahal kata orang bijak, hadapi saja. Mungkin
kamu juga sama kaya aku, bingung mau berbuat apa? Atau kalian malah tidak
peduli lagi? Karena sekali lagi, yang paling penting adalah dia, dia, dan dia.
Ya masa muda memang rugi kalau dilewatkan, tetapi masa depan juga akan kacau
kalau tidak dipersiapkan. Jadi gimana dong? Masa muda yang indah atau masa
depan yang cerah.
Hari itu aku sedang mempersiapkan
diriku untuk pergi ke kampus, hari itu ada seminar nasional loh? Temanya adalah
Bagaimana Peran Bahasa Indonesia Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean). Aku datang pagi-pagi saat itu. Saat sedang berjalan di halaman parkir,
Dedek gemes datang. Aku langsung menghampiri dia.
“Hai, Dedek
gemes.”
“Hai, kakak.” Tersenyum.
“Tumben datang
pagi-pagi?”
“Rumah aku kan
jauh kakak, takut telat kalau datang siang.”
“Rumah aku juga
jauh kok.”
“Eh, bukannya
rumah kakak sebelah kampus?”
“Itu bukan rumah
kakak. Itu rumah orang tua kakak, rumah kakak kan belum dibangun jadi bisa aja
jauh dari kampus.”
“Huh, dasar.”
Akhirnya seminar
pun dimulai aku dan dia memasuki ruang seminar, aku berharap waktu berjalan lebih
lama dari biasanya. Aku harap aku bisa memandangi wajahnya lebih lama lagi.
Walau sebenarnya aku sangat sedih, dia tidak tahu gejolak hati yang aku
rasakan. Lebih dari itu aku sudah lama mencintainya.
Baca juga puisi-puisi hebat: Puisi-puisi karya sastrawan Indonesia
Bagikan
Hari Selasa
4/
5
Oleh
Unknown